Tidak Hanya Membaca, Santri SDIT Ma’arif Juga Dilatih Berani Berbicara di Depan Kelas
- sdit ma'arif makassar
- Feb 19
- 2 min read

Literasi bukan hanya tentang membaca, tetapi juga memahami, menganalisis, dan mengomunikasikan apa yang telah dibaca. Inilah konsep yang diterapkan oleh Ustaz Syarif dalam metode pembelajarannya di SDIT Ma’arif Makassar. Dengan pendekatan ini, santri tidak hanya menjadi pembaca pasif, tetapi juga aktif dalam berpikir kritis dan menyampaikan ide.
Dalam setiap awal mata pelajaran, santri diminta membaca terlebih dahulu materi yang akan dibahas. Setelah itu, satu per satu santri maju untuk menjelaskan pemahamannya di depan kelas. Hal ini melatih mereka untuk berani berbicara di hadapan teman-temannya dan mengutarakan pemahaman yang telah mereka bangun sendiri. Setelah santri memberikan penjelasan, Ustaz Syarif kemudian memberikan penguatan dengan tambahan penjelasan, jika ada hal yang perlu diperbaiki atau dilengkapi. Untuk memastikan pemahaman yang mendalam, sesi ini ditutup dengan evaluasi dalam bentuk pertanyaan interaktif atau permainan edukatif yang membuat pembelajaran lebih menyenangkan.
Metode ini memberikan banyak manfaat bagi santri. Mereka tidak hanya terbiasa membaca, tetapi juga belajar memahami isi bacaan dengan lebih baik. Selain itu, santri mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan berbicara di depan umum, menghargai pendapat orang lain, serta berani mengemukakan pemikirannya sendiri. Hal ini sangat penting untuk membangun karakter percaya diri dan kemampuan komunikasi yang baik sejak dini. Secara emosional, santri juga belajar bekerja sama dan mengelola rasa percaya diri saat menyampaikan pendapatnya.
Kepala SDIT Ma’arif Makassar, H. Mubarak Bakry, S.Th.I., M.Th.I., memberikan apresiasi tinggi terhadap metode inovatif ini.
“Kami sangat mendukung berbagai inovasi dalam pembelajaran, terlebih yang dapat meningkatkan literasi santri. Metode yang diterapkan oleh Ustaz Syarif sangat efektif karena tidak hanya membiasakan santri membaca, tetapi juga memahami, menyampaikan, dan mengevaluasi suatu materi. Harapannya, santri SDIT Ma’arif Makassar tumbuh menjadi generasi yang literat, kritis, dan percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar metode, pendekatan ini menjadi upaya nyata dalam menanamkan budaya literasi sejak dini. Dengan pembiasaan ini, santri SDIT Ma’arif Makassar diharapkan tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki keterampilan berpikir kritis dan komunikasi yang baik, yang akan menjadi bekal berharga dalam perjalanan pendidikan mereka ke depan.
Comments